Susah payah merebah gundah. Berat merayap, senyap menyayat. Memulai itu geli, berkata iya itu waspada. Mengukir buah pikir, mereka jiwa itu haruslah bernyawa. Napas menghempas, jantung berdetak, nadi bermelodi. Urat-urat berisyarat, mata menangkap apa yang ada di depan mata. Rambut sayup terkuncup, kuku adalah bahan baku yang sangat jitu. Tangan menanam saham. Kaki jinjit melejit, mendarat dengan selamat. Mukjizat hanya datang sesaat, kesempatan itu cepatlah tangkap. Berusaha mengasah asuh karena butuh, membiasakan yang tak bisa menjadi biasa.
Langkah pertama begitu lama. Langkah kedua ada sua. Langkah ketiga masih sengketa, langkah ke empat mulai merapat. Dan langkah berikutnya adalah pengangkut sangkut penjimat nikmat. Langkah demi langkah adalah proses yang menggoes, mengirama dan bergema. Keseimbangan tidaklah mengambang. Keharusan adalah tuntutan yang patut untuk di turut. Panjang cerita menceritakan, lebar selancar membuat gencar. Lahirnya buah bibir yang bergelambir, munculnya buah cinta yang baru tiba. Pencibir hanyalah segelintir yang lagi melintir, maklum saja jangan tersinggung. Murung mengungkung, emosi pada transisi. Biarkan, tanggapi saja dengan terapi.
Kebiasaan yang terasah begitu susah. Merambat, merayap melenting di atas genting. Muncul unggul yang merangkul buah pikul. Perjuangan melawan bimbang itu sangatlah ruam. Dan perjalanan yang mengenyangkan adalah berisiknya keasyikan, dan dentuman yang tersenyum kulum. Bibir indah merekah ruah, tersungging senyuman manis tiada tepis.
Buah dari perjuangan adalah lelah menjadi berkah, mengusungmu ke bumbung yang melambung. Terimalah secuil makhluk kecil yang mungil bengil. Terimalah buah manismu dari seribu tanam yang mengenyam. Kerutan dahimu menguncup sudah. Mempertanyakan keberadaan yang tlah tiada. Kebiasaan membiasa, pelatihan tertatih dan letih. Sembelih perih berakhir gurih. Tidak ada permulaan dan tak ada pengakhiran. Penengah yang indah adalah menengadah. Ukiran itu terpampang indah dalam bayah. Termanis mengikis habis, kain sutra tlah merenda. Mutiara terpancar memapar buah jelakar. Berauralah baramu yang tak pernah reda, walau dunia ada dalam dilema. Semangatmu janganlah minggat, pagi manggut dengan gerumut. Selamat pagi embun,..selamat pagi. Ku menyapamu dengan lembut,..