Suara itu begitu lembut. Senyawa itu begitu bernyawa. Adalah satu kalimat yang baru saja ku temui maknanya. Wahai pengetahuan! Tidaklah kau berada di perpustakaan yang mewah dan megah. Dan engkaupun terkadang ku temui pada seseorang yang masih belia. Engkaupun terkadang ada di bungkus makanan kecil yang sepertinya kerdil. Ku haus akan dikau, wahai pemberitahuku. Ku lapar dengan bunyi gitar yang menggetarkan.
Kawan, banyak ilmu yang belum ku ketahui. Banyak hal yang belum ku jajal. Banyak unek-unek yang belum terkuak. Banyak basa basi yang belum terlunasi. Banyak, dan banyak lagi hal yang belum tau untuk ku ketahui ujung pangkalnya.
Hari berganti, jam berubah. Merangkak dan terus membengkak. Ketika pikiran belum terukir, balonpun makin membunglon. Ketika hati belum terbuka, banyak mata yang melata. Ku tepis puing-puing yang membaling. Pesawatpun melesat terbang ke awang-awang. Banyak biang yang terngiang. Banyak waktu yang bermutu, tidaklah beseteru. Banyak jarak yang belum terarak dengan bijak.
Malam tenggelam, suarapun menghilang. Banyak kejadian di atas kejadian. Banyak peristiwa tanpa aba-aba. Hidup ini hanya menugaskan berjalan, terlentang dan menyebrang. Andai lautan luas mematahkan sayap, hilang harapan menunggu ambigu. Ayah itu terduduk lesu, ketika banyak orang tersayang hilang di telan awan biru yang kelabu.
Wahai burung besi, sayapmu begitu kaku tuk melambai kepergianmu. Wahai ekormu yang biru, pergimu membawa sembilu. Beberapa putri bangsa binasa, beberapa peniaga sengsara. Wahai angin yang berhembus di atas sana, sampaikan salamku tuk kalian smua. Kalian melambai sambil melandai, dan hilang lalu tenggelam bersama riaknya air laut tanpa buntut.
Sementara keluarga yang tertinggal, tanggal terjegal dan hanya bisa menangis tanpa ais. Kepergianmu begitu cepat seperti kilat. Menyambar dan mencabut angan itu menjadi bayangan hitam. Begitu kelam, begitu samar dan memar. Kuatlah wahai siapapun yang menanggung derita ini. Dan ingatlah, engkaupun butuh belas kasihan untuk kau kasihani. Jiwamu yang meronta mulailah tata dengan mengurangi deritamu. Mulailah terima dirimu dengan ampunmu tanpa siapapun. Tanpa orang yang cerewet dan pembawel comel. Mulailah harimu ini dengan jiwamu yang baru. Ku tau ini berat, namun akan lebih berat andai membebanimu dengan dahsyat. Lepaskan apapun di luar kendalimu. Dan engkau tak akan mampu tuk merubahnya.
Sedikit suara lembut itu akan menenangkanmu. Secarik kertas yang basah lemaskanlah. Dan air itu akan menghancurkannya sedikit demi sedikit. Manusia hanyalah kertas, hancur lebur di guyur tempur. Namun, makna itu adalah jiwamu. Jiwamu yang tak akan hilang bersama arti yang tersirat di dalam suratan hidupmu.